Selama ini, kita berpikir perilaku suka menunda adalah bentuk dari sifat malas. Nyatanya, orang yang suka menunda belum tentu seorang pemalas. Menurut penelitian Phycyl & Sirois (2016), prokrastinasi atau kebiasaan menunda pekerjaan merupakan permasalahan manajemen emosi, bukan masalah manajemen waktu. Prokrastinasi adalah akibat dari ketidakmampuan seseorang dalam mengelola suasana hati negatif terhadap tugas atau pekerjaan yang dihadapi.
Prokrastinator bisa dibedakan dengan seorang pemalas. Seorang pemalas cenderung tidak memiliki komitmen dalam mengerjakan pekerjaannya dan menunjukkan sikap apatis, tidak aktif, serta ketidakmauan untuk bertindak. Sebaliknya, seorang prokrastinator memiliki komitmen untuk melakukan pekerjaan, tetapi merasa cemas dan takut untuk melakukannya. Alhasil, prokrastinator memilih untuk menunda dan melakukan pekerjaan lain yang bahkan tidak lebih penting dari pekerjaan sebelumnya.
Singkatnya, Prokrastinasi merupakan upaya menghindar yang bisa disebabkan oleh suasana hati negatif. Suasana hati negatif tersebut di antaranya:
- Rasa cemas
Rasa cemas biasa muncul ketika ada pikiran negatif terhadap tugas atau pekerjaan yang sedang kamu hadapi. Misalnya, kamu mendapat tugas untuk membuat peta. Rasa cemas akan muncul ketika kamu merasa membuat peta ini sulit. Akibatnya, kamu memilih untuk menunda melakukannya. Padahal, kalau pekerjaan dilakukan belum tentu sesulit yang dikira.
- Perasaan takut untuk gagal
Rasa takut bisa menghambat seseorang melakukan pekerjaannya. Mereka takut hasil dari yang mereka lakukan tidak berhasil. Misalnya, ketika mengerjakan tugas, kamu takut mendapat nilai jelek, kamu takut mendapat kritik, hingga akhirnya kamu memilih untuk menundanya.
- Perfeksionisme
Yup, perfeksionisme juga bisa menjadi faktor penyebab prokrastinasi. Dalam hal ini, terdapat standar yang harus dipenuhi (baik dari diri sendiri atau lingkungan) dan ada keinginan untuk mencapai standar tersebut. Namun, hampir sama dengan perasaan takut untuk gagal, diri kita takut nantinya tidak bisa mencapai standar tersebut.
Dr. Fuschia Sirois juga mengategorikan prokrastinasi sebagai perilaku irasional. Kok bisa? karena sebenarnya diri kita tahu menunda sebaiknya tidak dilakukan. Kita menyadari seharusnya pekerjaan ini segera dikerjakan. Meski kita tahu dan sadar, nyatanya kita tetap menunda. Aneh bukan? Selain itu, prokrastinasi juga termasuk perilaku menyakiti diri sendiri. Hal ini karena prokrastinasi dapat memberikan dampak buruk bagi pelakunya. Beberapa penelitian menunjukkan prokrastinasi dapat memicu rasa cemas, depresi, stres, dan rasa bersalah (Sirois, 2013). Jika berlarut, prokrastinasi dapat menyebabkan masalah kesehatan fisik.
Tapi tenang, ada beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk mengurang prokrastinasi, di antaranya:
- Pahami pentingnya tugas ini
Dr. Fuschia Sirois dalam wawancaranya menyebutkan, ketika kamu menemukan hal-hal negatif dari tugasmu yang memicu prokrastinasi, kamu bisa coba untuk memahami pentingnya untuk mengerjakan suatu tugas. Misalnya, dalam tugas kelompok, dengan segera mengerjakan tugas maka kamu sudah membantu teman kelompokmu untuk segera mengumpulkan tugas
- Perbaiki mood
Menurut penelitian Tice et al (2001) dalam Eckert et al (2016), seseorang yang dalam keadaan sedih atau mood yang buruk lebih cenderung melakukan prokrastinasi. Terlebih lagi, prokrastinasi adalah masalah manajemen emosi. Jadi, coba perbaiki mood kamu dengan hal yang menyenangkan seperti makan cokelat, ngobrol dengan teman, atau nonton film favoritmu sebelum mulai melakukan tugas.
- Set dedline
Untuk menyelesaikan sesuatu, tentunya hal yang harus dilakukan adalah memulai menyelesaikan. Setelah kamu memulai dan membuat sedikit kemajuan, ada kemungkinan besar kamu akan terus melanjutkan. Ga perlu terburu-buru, mulai saja dari hal yang kecil dan mudah. Ketika seseorang berhasil menyelesaikan bagian yang mudah, biasanya dia akan terpacu mengerjakan hal yang lebih besar.
Referensi
Eckert, M., Ebert, D. D., Lehr, D., Sieland, B., & Berking, M. 2016. Overcome Procrastination: Enhancing Emotion Regulation Skills Reduce Procrastination. Learning and Individual Differences. 52. 10-18
Haupt, A. 2021. Why do we procrastinate, and how can we stop? Experts have answers. Diakses dari https://www.washingtonpost.com/lifestyle/wellness/procrastinate-why-stop-advice/2021/07/09/13b7dc2c-e00e-11eb-9f54-7eee10b5fcd2_story.html
Lieberman, C. 2019. Why You Procrastinate (It Has Nothing to Do With Self-Control). Diakses dari https://www.nytimes.com/2019/03/25/smarter-living/why-you-procrastinate-it-has-nothing-to-do-with-self-control.html
Sirois, F. M. 2013. Procrastination and Stress: Exploring the Role of Self-compassion. Self and Identity. 13(2). 128 – 145.
Sirois, F. M & Phycyl, T. A. 2016. Procrastination, Health, and Well Being. Elsevier.
Tice, D. M., Bratslavsky, R. F., & Baumeitster. 2001. Emotional distress regulation takes precedence over impulse control: If you feel bad, do it!. Journal of Personality and Social Psychology. 80 (2001). 53-67.