Kajian Bersama BEM Fakultas Geografi, BEM Biologi, dan BEM KM FMIPA UGM dalam Rangka Memperingati Hari Sumpah Pemuda
Pendahuluan
Melansir dari HarianJogja.com, Pemerintah DIY menutup Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan mulai 23 Juli hingga 5 September 2023. Keputusan tersebut diatur dalam Surat Edaran No.658/812 tentang Penutupan Pelayanan TPA Regional Piyungan. Hal ini pun sangat berdampak dalam penanganan sampah yang dihasilkan oleh penduduk DIY. Bagaimana tidak, volume sampah di Kota Yogyakarta saja mencapai 210 ton/hari-nya di tahun 2023. Pemerintah provinsi pun menginstruksikan kepada masyarakat DIY untuk dapat mengelola sampah rumah tangganya sehingga dapat mengurangi volume sampah yang dihasilkan. Pengelolaan sampah tersebut dapat berupa 3R (Reduce, Reuse, Recycle) untuk sampah anorganik, sedangkan sampah organik dapat dikelola melalui pengomposan.
Kondisi persoalan sampah di Jogja secara umum antara lain:
1) Volume sampah yang meningkat
Sampah telah menjadi problematika yang cukup rumit untuk kota-kota yang padat seperti Kota Yogyakarta. Pertumbuhan penduduk yang cepat dan berpusat di satu tempat menghasilkan limbah rumah tangga atau sampah yang tinggi. Bagaimana regulasi yang dijalankan sangat berpengaruh dalam pengoptimalan pengelolaan sampah.
2) Infrastruktur pengelolaan sampah
Pengelolaan sampah di Jogja yang dianggap kurang baik terjadi atas salah satu alasan yakni tidak semua wilayah di Jogja memiliki infrastruktur pengelolaan sampah yang memadai. Keberadaan infrastruktur menjadi kunci dalam penanganan sampah.
3) Masalah pengumpulan sampah
Masalah lainnya yang timbul akibat pengelolaan sampah yang kurang baik yaitu keterlambatan dalam pengumpulan sampah oleh pihak berwenang yang mengakibatkan tumpukan sampah di berbagai lokasi. Sinkronisasi dari hulu ke hilir menjadi fokus utama dalam penanganan sampah ini.
4) Kesadaran Masyarakat
Penyadaran terhadap perilaku pengelolaan sampah oleh masyarakat menjadi salah satu tujuan utama atas masalah ini. Masyarakat luas menjadi pihak yang dianggap paling mudah untuk dikendalikan. Akan tetapi, perlu disadari bahwa masyarakat hanyalah konsumen, saat barang tetap diproduksi, maka penggunaannya akan tetap ada. Oleh karena itu, pengendalian dari hulu ataupun industri sangat berpengaruh dalam pengendalian sumber sampah.
Apa yang Telah Dilakukan UGM Dalam Menghadapi Permasalahan Ini?
Sudah selayaknya dunia pendidikan mampu memberikan solusi untuk setiap permasalahan, tak terkecuali masalah sampah. Dalam artikel pemberitaan yang diterbitkan, menanggapi adanya permasalahan pengelolaan sampah tersebut, civitas UGM telah memberikan beberapa terobosan, di antaranya:
1) Pengubahan sampah menjadi energi listrik
Instalasi biogas yang telah dibangun oleh Waste Refinery Center UGM sejak 2011 bekerja sama dengan Koperasi Gemah Ripah Gamping, Pemda Sleman, serta Pemerintah Swedia yakni Biogas Power Plant Gamping menjadi salah satu alternatif pengolahan sampah buah yang ada di Pasar Buah Gemah Ripah, Gamping, Yogyakarta. Alternatif tersebut dibangun untuk mewujudkan zero waste mealui pemanfaatan slurry digester dan komonen pupuk.
2) Pemanfaatan sampah plastik kresek menjadi bahan campuran aspal
Para peneliti Fakultas Teknik UGM telah mengembangkan inovasi mesin pencacah plastik kresek dimana hasilnya dapat digunakan sebagai campuran aspal. Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu agar pengolahan sampah plastik memiliki nilai tambah. Selain itu, hasil cacahan dapat dimanfaatkan kembali sebagai bahan daur ulang plastik.
3) Pengolahan sampah terintegrasi
Dalam pengelolaan sampah secara mandiri, UGM mengembangkan fasilitas pengolahan sampah organik menjadi kompos di Pusat Inovasi Agro Teknologi (PIAT) UGM. Berlokasi di Desa Kalitirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, sejak 2016, telah didirikan Rumah Inovasi Daur Ulang (RinDU) guna pengelolaan sampah berbasis 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Sampah organik diolah menjadi pupuk, pengubahan limbah plastik menjadi bahan bakar melalui pirolisis, dan penggunaan insenerator untuk pengolahan sampah yang tidak dapat diolah kembali.
4) Mobil tenaga sampah
Empat mahasiswa Departemen Teknik Kimia UGM telah mengembangkan rancangan mobil pintar yang mampu mengonversikan sampah plastik menjadi bahan bakar rendah emisi. Dengan memanfaatkan reaksi pirolisis, mobil tersebut dapat mengubah sampah plastik menjadi bahan bakar cair yang diletakkan di bagian dalam bodi mobil.
5) Pembuatan pupuk dari sampah organik
Fakultas Biologi UGM menginisiasi pengolahan sampah organik menjadi pupuk organik cair dengan metode vermicomposting yang memanfaatkan maggot dari jenis lalat Black Soldier Fly (BSF). Selain itu, dilakukan juga penggunaan cacing tanah sebagai agen pendegradasi sampah organik.
Pengelolaan Sampah di Lingkungan Saintek UGM
Pengelolaan sampah terkhusus di kantin Fakultas Biologi dan Fakultas Geografi (Kantin BioGeo) memiliki regulasi tersendiri untuk menangani beberapa jenis sampah. Berdasarkan informasi yang diperoleh, sampah botol plastik yang sudah dipisahkan dan dikumpulkan pada tempat atau wadah khusus oleh pengurus pengelolaan sampah akan dijual, lalu diolah kembali dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) oleh pengelola sampah di kawasan Klaster Saintek. Menurut pengetahuan karyawan kantin setempat, diketahui bahwa sampah dikelola oleh pengurus pengelolaan dan pengolahan sampah, dimana proses tersebut terjadi di kawasan TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu) yang tidak jauh dari Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada. Sampah yang telah dipilah akan melalui tahap-tahapan tertentu sesuai dengan jenis sampah baik yang organik maupun anorganik. Sampah makanan atau sampah organik yang berada di kantin Bio-Geo, akan masuk ke tahap pengelolan sampah organik yang ditindaklanjuti oleh Fakultas Biologi bersama dengan Fakultas Kedokteran Gigi.
Selaras dengan penuturan salah satu petugas PK4L (Petugas Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan) mengenai pengelolaan sampah di kawasan UGM diketahui bahwa sampah organik sudah ditangani secara mandiri oleh UGM. Pengolahan sampah organik tersebut berada di dua lokasi, yaitu di kawasan Fakultas Biologi dan di dekat unit pemadam kebakaran UGM. Jenis sampah organik diolah menjadi kompos yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk, sedangkan sampah anorganik, seperti botol plastik, dikirim ke pihak luar UGM untuk kemudian diolah sesuai dengan jenisnya.
Sejak 27 Juli 2023, Dekan Fakultas Biologi UGM, Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc., berkoordinasi dengan Rektor Universitas Gadjah Mada, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K)., Ph.D., dan Direktur DPKM (Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat) Universitas Gadjah Mada, Dr. dr. Rustamaji, M.Kes., menyepakati untuk mengelola sampah organik internal Universitas Gadjah Mada dilakukan oleh Fakultas Biologi. Sampah organik tersebut terlebih dahulu dikumpulkan di sejumlah titik di wilayah UGM dan dicacah dengan alat pencacah, lalu dikirimkan ke Fakultas Biologi untuk tahap pengolahan.
Cacahan yang terbentuk dikelola oleh Fakultas Biologi untuk kemudian dikomposkan. Hasil pengomposan dipasok ke konsumen melalui PT. Pagilaran. Semantara, sampah organik berupa sisa makanan, buah dan sayur dikelola oleh (Pusat Inovasi Agro Teknologi (PIAT) UGM.
Kesimpulan
Terlihat dari gambar yang ada, tempat pengolahan sampah organik telah tersedia di area Fakultas Biologi. Akan tetapi, kondisinya cukup memprihatinkan dengan kurangnya penataan area sehingga terkesan tidak terurus. Pengolahan sampah organik yang dilakukan di area Fakultas biologi menjadi langkah yang sangat baik dalam menghadapi permasalahan sampah ini. Diperlukan dukungan dan dorongan yang lebih dan konsisten sehingga mampu meningkatkan kualitas pengolahan sampah.
Referensi
Adminbio, (2023, Juli 28), Fakultas Biologi menginisiasi Pembentukan Pusat Pengelolaan Sampah Organik UGM, Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada, Diakses pada 16 Oktober 2023 melalui https://biologi.ugm.ac.id/2023/07/28/fakultas-biologi-menginisiasi-pembentukan-pusat-pengelolaan-sampah-organik-ugm/
Administrator, (2019, Maret 29), Lima Solusi Atasi Sampah ala UGM, Universitas Gadjah Mada, Diakses pada 23 Oktober 2023 melalui https://ugm.ac.id/id/berita/17788-lima-solusi-atasi-sampah-ala-ugm/#:~:text=Upaya%20pengolahan%20limbah%20di%20lingkungan%20UGM%20diwujudkan%20dengan,skala%20besar%20yang%20telah%20beroperasi%20sejak%202011%20lalu.
Adminwarta, (2023, Juli 25), Pemkot Yogya Siapkan Lokasi Penanganan Sampah Sementara, Portal Berita Pemerintah Kota Yogaykarta, Diakses pada 16 Oktober 2023 melalui https://warta.jogjakota.go.id/detail/index/28325
Petualangan, (2023, Juli 31), Dampak Penutupan TPST Pyiungan, Warga Yogya Diimbau untuk Mengelola Sampah Secara Mandiri, Kepolisian Resor Kota Yogaykarta, Diakses pada 16 Oktober 2023 melalui https://www.polresjogja.com/2023/07/dampak-penutupan-tpst-piyungan-warga.html#:~:text=Penutupan%20TPA%2FTPST%20Piyungan%20berlangsung,dan%20sungai%20di%20kota%20Yogya.
Ramadhan, A., (2022, September 15), TPA Piyungan Tutup 16-17 September, Warga Kota Yogya Diminta Tahan Sampah di Rumah, TribunJogja.com, Diakses pada 16 Oktober 2023 melalui https://jogja.tribunnews.com/2022/09/15/tpa-piyungan-tutup-16-17-september-warga-kota-yogya-diminta-tahan-sampah-di-rumah
Razak, A.H., (2023, Juli 23), TPA Piyungan Ditutup Mulai Hari ini, Berikut Antisipasi yang dilakukan Pemerintah agar Sampah Tak Menumpuk, Harian Jogja, Diakses pada 16 Oktober 2023 melalui https://jogjapolitan.harianjogja.com/read/2023/07/23/510/1142765/tpa-piyungan-ditutup-mulai-hari-ini-berikut-antisipasi-yang-dilakukan-pemerintah-agar-sampah-tak-menumpuk