Gazebo Yuk #3: Ada Apa di Balik Pembangunan Bendungan Paselloreng?

Bendungan Paselloreng

Bendungan Paselloreng merupakan bendungan yang dibangun sejak tahun 2015 oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat di Desa Arajang, Kecamatan Gilireng, Kabupaten Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan, tepatnya di Daerah Aliran Sungai Gilireng (Kementerian PUPR, 2019; Kementerian PUPR, 2016)

Bendungan yang dilengkapi Bendung Irigasi Gilireng dan menelan biaya sebesar Rp771,6 miliar diresmikan pada tanggal 9 September lalu oleh Presiden Joko Widodo. Bendungan ini memiliki daya tampung 138 juta milimeter kubik dan luas genangan 1.258 hektar, sehingga mampu mengairi sawah sebanyak 8.500 hektar. Bendungan Paselloreng mampu menyediakan air baku dengan kecepatan 145 liter per detik berpotensi akan melayani enam kecamatan di Kabupaten Wajo (Ruhulessin, 2021).

Tujuan Pembangunan

Proyek pembangunan Bendungan Pasellerong ditujukan sebagai faktor pendukung Sulawesi Selatan sebagai lumbung pangan nasional.

Presiden Joko Widodo berharap bendungan tersebut dapat menjamin sumplai air secara kontinu dan berkelanjutan untuk meningkatkan produktivitas tanaman yang akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan ketahanan panngan nasional (Ruhulssein, 2021)

Bendungan multifungsi selain ditujukan sebagai sumber air baku untuk empat kecamatan di Kabupaten Wajo, juga diperuntukkan sebagai wilayah konservasi sumber daya Air dan pengembangan pariwisata yang dapat menjadi sumber pendapatan baru bagi masyarakat, pengendalian banjir Sungai Gilireng sebesar 1.000 m3/detik, perikanan air tawar, dan potensi listrik 2.5 MW (Kementerian PUPR, 2019).

Latar Belakang Pembangunan

Pemanfaatan potensi sumber daya air sungai masih kurang maksimal di Indonesia, khususnya di Kabupaten Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan sehingga mengakibatkan kurangnya pemenuhan kebutuhan air untuk pertanian di daerah tersebut. Sungai di daerah tersebut adalah Sungai Gilireng yang memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai irigasi pertanian dan pembangkit listrik tenaga air sebesar 2-3 MW (Haridman dan Jumaris, 2016)

Optimalisasi potensi tersebut diwujudkan dalam pembangunan Bendungan Paselloreng yang merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) sebagaimana disebutkan dalam Perpres No. 109 Tahun 2020 tentang Percepatan Pelaksanaan PSN dalam rangka peningkatan ketahanan pangan nasional, penyediaan air baku, dan pengendali banjir (Kementerian PUPR, 2021)

Tanggapan Warga Sekitar

Pembangunan Bendungan Paselloreng menuai banyak kontroversi oleh warga sekitar lokasi pembangunan. Ganti rugi yang dijanjikan oleh pemerintah kepada warga tidak kunjung diberikan (Gunawan, 2021). Hal tersebut menyebabkan permukiman dan kebun milih warga yang belum pindah menjadi tergenang. Selain itu, masyarakat menilai BPN telah melakukan diskriminasi karena adanya pengukuran tanah yang tidak sesuai ketentuan serta tidak adanya transparasi yang jelas selama proses penliaian harga tanah.

Meskipun bendungan ini digadang-gadang mampu mendukung lumbung pangan nasional, namun masyarakat merasa kecewa karena perlakuan pemerintah yang ingkar janji dengan hal yang telah disepakati bersama pada tahun 2016 terkait pengadaan tanah warga. Dalam hal pembangunan infrastruktur, permasalahan pembebasan lahan memang menjadi kendala utama antara pemerintah dengan masyarakat sekitar (Yanwardhana, 2021). Masyarakat juga menyayangkan langkah pemerintah yang dirasa terburu-buru dalam peresmian dan terlalu membanggakan padahal permasalahan ganti rugi belum terselesaikan.

Analisa Potensi Dampak Positif

Sulawesi Selatan dengan dibangunnya bendungan Paselloreng digadang-gadang menjadi pemasok air lumbung pangan nasional. Hal tersebut tentu akan dapat membawa dampak baik bagi ketahanan pangan serta ekonomi masyarakat. Kabupaten Wajo memiliki sektor lapangan usaha pangsa terbesar yakni pertanian (Bank Indonesia, 2021) dengan komoditas tanaman sayuran unggulan berupa cabai dan tanaman buah-buahan semusim unggulan (BPS, 2021)

Potensial tersebut didukung oleh data PDRB Kabupaten Wajo periode 2016-2020 yang menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki kontribusi PDRB terbesar di daerah tersebut, yakni sebesar 33,76% (BPS, 2021). Sehingga dapat disimpulkan apabila dengan adanya saluran irigasi dari Bendungan Paselloreng, dapat meningkatkan produktivitas sektor pertanian di Kab. Wajo melalui ketersediaan air dan distribusi saluran irigasi yang memadai, terutama di musim kemarau.

Analisa Potensi Negatif

Salah satu dampak negatif terhadap lingkungan yang selalu terjadi akibat pembangunan bendungan adalah ancaman terhadap keanekaragaman hayati. Penenggelaman wilayah yang menjadi genangan dalam bendungan dapat melenyapkan keanekaragaman hayati flora dan fauna di wilayah tersebut serta menghancurkan tingkat kelangsungann hidup penduduk asli setempat (Romli, 2004)

Selain itu, pembangunan ini juga berdampak bagi kehidupan flora dan fauna di ekosistem sungai. Misalnya, alur migrasi daur hidup ikan-ikan atau biota sungai lain dapat terputus sehingga tidak dapat berkembang biak dan terancam eksistensinya. Pembangunan bendungan juga dapat mengubah debit aliran pada bagian sungai tertentu yang mengganggu keseimbangan ekosistem (Maryono, 2007)

 

Referensi:

Badan Pusat Statistik. (2021). Kabupaten Wajo dalam ANgka 2021. Wajo: Baan Pusat Statistik, Kab. Wajo

Badan Pusat Statistik. (2021). Tijauan Regional BErdasarkan PDRB Kabupaten/Kota 2015-2020 Buku 4: Sulawesi. Jakarta: Badan Pusat Statistik

Bank Indonesia. (2021). Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan Mei 201. Sulawesi Selatan: Bank Indonesia Sulawesi Selatan.

Haridman, I., Makbul, J. (2016). Laporan Kerja Praktek Proyek Pembangunan Bendungan Paselloreng Bangunan Pelimpah Samping Politeknik Negeri Ujung Pandang

Leave a comment

Your email address will not be published.